Punya keinginan buat jadi penulis itu sebenernya udah ada sejak jaman bahela, sejak jaman masih pake baju putih-merah. Gak tau ya kenapa keinginan itu bisa datang ke dalam otak seorang anak SD pada saat itu. Bisa dibilang bakat bisa juga dibilang keturunan sebenernya. Kemampuan untuk membuat puisi pada saat itu mudah saja mengalir entah dari mana datangnya, kalu diliat-liat lagi penggunaan bahasanya juga masih simpel, lugas an mudah dimengerti, mungkin kalau orang yang gak tau itu yang dinamakan puisi akan menganggapnya sebagai tulisan tangan biasa. tapi disitu terkandung makna yang tersirat yang hanya bisa dimengerti oleh orang-orang yang memiliki jiwa seni, ya JIWA SENI!! bukan yang lain. Bagiku duniaku ini adaah dunia dimana orang bebas mengungkapkan segala emosinya, bagi orang yang tidak dapat menyatakan emosi melalui kata-kata, mungkin mereka dapat menggunakan alternatif positif seperti ini, sebagai penulis.....

Sejak dulu (jaman SD) cita-citaku adalah menjadi sastrawan, karena dahulu aku yakin di dalam jiwa ini tersimpan jiwa-jiwa seni yang masih mencari tempat untuk berpijak pada satu keyakinan yang dapat menegakkan badanku kelak menjadi seseorang yang sukses dan sesungguhnya sesuatu itu sudah bermula sejak awal namun tidak ada tiang-tiang pembantu untuk dapat tegakkan bangunan kokoh dalam jiwa ini.
Karena sebenarnya dalam perkembangan anak di usia-usia saat itu adalah masa mencari jati diri tahap awal, ibaratnya seekor kupu-kupu yang sedang terbang di udara dan singgah pada satu bunga ke bunga yang lain untuk mendapatkan madu terbaik, dimana kelak ada tangan-tangan yang membantunya mengolah madu itu menjadi sesuatu yang berguna untuk orang banyak. Sepatutnya memang kita berterimakasih kepada sang Maha Pencipta yang telah menciptakan makhluk hidup sedemikian rupa hingga ada suatu jaring kehidupan yang terus-menerus terjadi.

dan mulai saat ini,detik ini,malam ini, tekat itu harus tetap berkembang dan berkembang menjadi langkah awal dari sebuah awal kehidupan yang baru..